SELAMAT DATANG

"Selamat Datang di blog saya, semoga blog ini dapat bermanfaat bagi anda"

21 Oktober 2024

Daftar Menteri Kabinet Merah Putih



Menteri Kabinet Merah Putih, dilantik pada tanggal 21 Oktober 2024.

Berikut daftar menteri dalam Kabinet Merah Putih:

Menteri Koordinator


1. Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan: Budi Gunawan

2. Menteri Koordinator Bidang Hukum Ham, Imigrasi dan Kemasryakatan: Yusril Ihza Mahendra

3. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian: Airlangga Hartarto

4. Menteri Koordinator Bidang Pangan: Zulkifli Hasan

5. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan: Pratikno

6. Menteri Koordinator Bidang Pemerdayaan Masyarakat: Muhaimin Iskandar

7. Menteri Kordinator Bidang infrastruktur dan Pembangunan kewilayahan: Agus Harimurti Yudhoyono


8. Menteri Sekretaris Negara: Prasetyo Hadi

9. Menteri Pertahanan: Sjafrie Sjamsoeddin

10. Menteri Dalam Negeri: Tito Karnavian

11. Menteri Luar Negeri: Sugiono

12. Menteri Agama: Nasaruddin Umar

13. Menteri Hukum: Supratman Andi Agtas

14. Menteri Hak Asasi Manusia: Natalius Pigai

15. Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan: Agus Andrianto

16. Menteri Keuangan: Sri Mulyani

17. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah: Abdul Mu'ti

18. Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi: Satrio Sumantri Brodjonegoro

19. Menteri Kebudayaan: Fadli Zon

20. Menteri Kesehatan: Budi Gunadi Sadikin

21. Menteri Sosial: Saifullah Yusuf

22. Menteri Ketenagakerjaan: Yassierli

23. Menteri Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia/Kepala BP2MI: Abdul Kadir Karding

24. Menteri Perindustrian: Agus Gumiwang Kartasasmita

25. Menteri Perdagangan: Budi Santoso

26. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral: Bahlil Lahadalia

27. Menteri Pekerjaan Umum: Raden Dodi Hanggodo

28. Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman: Maruarar Sirait

29. Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal: Yandri Susanto

30. Menteri Transmigrasi: Iftitah Suryanegara

31. Menteri Perhubungan: Dudy Purwagandhi

32. Menteri Komunikasi dan Digital: Meutya Hafid

33. Menteri Pertanian: Amran Sulaiman

34. Menteri Kehutanan: Raja Juli Antoni

35. Menteri Kelautan dan Perikanan: Sakti Wahyu Trenggono

36. Menteri Agraria dan Tata Ruang: Nusron Wahid

37. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional: Rachmat Pambudy

38. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi: Rini Widiantini

39. Menteri Badan Usaha Milik Negara: Erick Thohir

40. Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Berencana Nasional: Wihaji

41. Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup: Hanif Faisol

42. Menteri Investasi dan Hilirisasi/ Kepala Badan Penanaman Modal: Rosan Roeslani

43. Menteri Koperasi: Budi Arie

44. Menteri Usaha Mikro, Kecil dan Menengah: Maman Abdurrahman

45. Menteri Pariwisata: Widianti Putri

46. Menteri Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif: Teuku Riefky Harsya

47. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak: Arifatul Choiri Fauzi

48. Menteri Pemuda dan Olahraga: Dito Ariotedjo

Selanjutnya Kementerian dan lembaga yang tidak di bawah koordinasi Menko:

49. Jaksa Agung Sanitiar Burhanuddin

50. ⁠Kepala BIN Muhammad Herindra

51. Kepala Staf Kepresidenan Letjen (Purn) AM Putranto

52. ⁠Kepala Kantor Komunikasi Presiden Hasan Nasbi

53. ⁠Sekretaris Kabinet Teddy Indrawijaya


06 Oktober 2024

PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL DALAM PENDIDIKAN



Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) atau Social Emotional Learning (SEL) dalam pendidikan menjadi hal penting untuk dipahami oleh seorang guru, karena dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya bergantung pada aspek inteligensi atau kemampuan kognitif saja, tetapi juga dipengaruhi aspek perkembangan emosi dan sosial.

Jika Anda bekerja di bidang pendidikan, tidak mengherankan jika fokusnya telah meluas melampaui mata pelajaran akademis tradisional hingga mencakup pengembangan individu secara holistik. Pembelajaran sosial-emosional telah muncul sebagai komponen penting pendidikan, yang menekankan pengembangan keterampilan hidup yang penting di luar buku teks dan ruang kelas.

Intelegensi atau kemampuan kognitif bukanlah satu-satunya aspek yang mempengaruhi perilaku anak terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitarnya. Ada aspek lain juga yang berperan penting terhadap proses pembelajaran anak, yaitu perkembangan sosial emosional.


Pengertian Pembelajaran Sosial Emosional

Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) atau juga dikenal dengan nama Social Emotional Learning (SEL) adalah sebuah metode yang membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap, dalam mengelola emosi, membangun hubungan yang sehat, menetapkan tujuan, dan mengambil keputusan dalam hidupnya. Pembelajaran ini sangat penting diajarkan pada siswa sejak dini karena dapat mempengaruhi kesuksesannya di sekolah, pekerjaan, dan kehidupan sosial.

Pembelajaran sosial emosional atau dikenal juga dengan nama social emotional learning (SEL) merupakan sebuah metode yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan kesadaran diri, pengendalian diri, dan keterampilan interpersonalnya.

Sosial Emosional Learning atau SEL adalah proses pembentukan diri yang berkaitan dengan kesadaran diri, kontrol diri dan kemampuan relasi. Kenapa SEL sangat penting? Karena proses ini akan membantu kehidupannya baik di sekolah, lingkungan kerja atau bermasyarakat.
Perlu Anda tahu bahwa orang yang punya sosial emosional yang baik jauh lebih bisa:Menerima dan melakukan tantangan, misalnya dalam bekerja.
Lebih mudah untuk belajar.
Bersikap professional.
Bersosialisasi

Jadi, pembelajaran SEL ini tidak hanya fokus pada kemampuan anak dalam jangka waktu dekat tetapi juga jangka panjang. Tidak mengherankan jika saat ini banyak pihak terutama sekolah yang kemudian menerapkan SEL dalam pembelajaran anak.


Tujuan Pembelajaran Sosial Emosional

Dalam menerapkan pembelajaran sosial emosional diperlukan kerja sama yang baik seluruh komunitas sekolah agar tujuan dari pembelajaran ini tercapai. Adapun tujuan SEL adalah sebagai berikut:
  • Memberikan pemahaman yang lebih baik kepada siswa tentang diri sendiri dan orang-orang di sekitar mereka.
  • Membantu siswa dalam memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang akan membantu mereka dalam memahami emosi yang dirasakan, mengembangkan identitas mereka, dan menetapkan tujuan.
  • Mengurangi stress dan tekanan yang dialami dalam proses belajar.
  • Siswa mampu mencapai kebahagiaan dan keberhasilan dalam hidup dengan keseimbangan antara kompetensi akademik dan sosial emosional
Dengan demikian, tujuan utama pembelajaran sosial dan emosional adalah untuk meningkatkan kapasitas siswa dalam membangun dan memelihara hubungan yang sehat melalui pembentukan lingkungan yang aman, positif, dan saling menguntungkan. Pembelajaran sosial emosional dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan emosi dan sosialnya yang diperlukan untuk menjadi individu yang baik untuk mengembangkan kebersamaan, empati, kepercayaan diri, dan mengelola emosi mereka dengan baik sehingga mereka bisa menghadapi tantangan kehidupan dengan lebih baik.


Manfaat Menerapkan Pembelajaran Sosial Emosional

Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh siswa apabila sekolah menerapkan pembelajaran sosial emosional. Apa saja manfaatnya?
  1. Meningkatkan prestasi akademik: Melansir dari The Circle Education, pembelajaran sosial emosional dapat meningkatkan prestasi akademik siswa. Hal ini dikarenakan, ketika siswa merasa didengarkan dan dihormati di kelas, mereka dapat lebih mudah fokus pada pembelajaran dan merasa percaya diri dengan kemampuan mereka. SEL juga membuat perilaku siswa di sekolah menjadi lebih baik, meningkatkan kehadiran mereka di sekolah, dan memotivasi mereka untuk belajar.
  2. Meningkatkan kesadaran diri dan rasa percaya diri: Social emotional learning juga dapat meningkatkan kesadaran diri dan rasa percaya diri siswa. Sebab, SEL mendorong perubahan perkembangan di mana siswa yang biasanya bergantung pada orang lain dalam memutuskan bagaimana mereka bertindak dan bersikap, kini lebih percaya diri untuk menentukan arah mereka sendiri. Pembelajaran ini memungkinkan anak-anak untuk membangun rasa percaya diri dan percaya terhadap diri sendiri. Selain itu, pembelajaran sosial emosional juga meningkatkan kesadaran diri remaja dengan mengajari mereka untuk memperhatikan bagaimana tindakan dan keputusan mereka memengaruhi diri mereka sendiri dan orang lain.
  3. Meningkatkan empati terhadap orang lain: Empati adalah kemampuan seseorang dalam memahami perasaan dan perspektif orang lain. Empati juga sering dianggap sebagai keterampilan sosial inti. Sayangnya, kemampuan berempati sering diabaikan dalam kurikulum sekolah. Dengan menerapkan pembelajaran sosial emosional, akan mendorong siswa untuk mempertimbangkan perspektif dan perasaan teman sebaya, guru, dan orang tua mereka. Mempraktikkan empati adalah pintu gerbang untuk membangun keterampilan penting lainnya seperti penyelesaian konflik, komunikasi yang sehat, dan kebaikan terhadap orang lain.
  4. Meningkatkan keterampilan membangun hubungan baik: Pembelajaran sosial emosional juga meningkatkan keterampilan siswa dalam membangun hubungan yang baik dan sehat. Ketika siswa belajar menempatkan diri pada posisi orang lain dan melatih empati, mereka juga menjadi lebih terampil dalam membangun dan memelihara hubungan dengan baik. Ini berlaku dalam hal mengetahui bagaimana menjadi teman yang baik, mengenali emosi orang lain, dan terlibat dalam penyelesaian konflik. Pembelajaran ini juga mengajarkan siswa bagaimana cara bekerja sama yang baik dengan orang lain dan melatih kerja sama tim. Keterampilan bekerja sama yang baik tidak hanya bermanfaat untuk siswa di kelas saja, tapi juga dalam lingkungan sosial dan dunia kerja nantinya.
  5. Mengurangi tekanan emosional: Menerapkan pembelajaran sosial emosional dapat mengurangi tekanan emosional yang dirasakan oleh siswa. Sebab, pembelajaran ini membekali siswa dengan kemampuan dalam mengatur diri sendiri, serta mengelola dan mengatasi emosi sehingga rasa cemas, depresi, dan stres yang dirasakan siswa dapat berkurang.


Kompetensi Pembelajaran Sosial Emosional



Menurut Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning (CASEL), ada lima kompetensi inti dalam pembelajaran sosial emosional, yaitu:

1. Kesadaran diri (self-awareness)

Pilar pertama adalah kesadaran diri, kemampuan untuk mengenali dan memahami emosi, kekuatan, dan area untuk berkembang. Individu dengan kesadaran diri yang kuat lebih siap untuk menavigasi kompleksitas kehidupan. Mereka dapat mengidentifikasi bagaimana emosi memengaruhi pikiran dan tindakan mereka. Melalui pola pikir berkembang, mereka dapat mengatasi tantangan. Perjalanan menemukan jati diri menyiapkan panggung untuk pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai dan aspirasi pribadi.
Kesadaran diri atau self-awareness adalah kemampuan seseorang dalam mengenali emosi, pikiran, nilai, dan diri sendiri secara akurat. Siswa yang memiliki tingkat kesadaran diri yang tinggi dapat mengenali keterkaitan antara perasaan, tindakan, dan pikiran yang dilakukan.
Siswa juga memiliki kesadaran diri yang tinggi terkait kelebihan dan kekurangan yang dimiliki sehingga tingkat percaya diri, mindset, dan memiliki rasa optimis yang sangat kuat.
Self awareness berkaitan dengan kemampuan untuk mengenali diri secara akurat mengenai emosi, pikiran dan nilai atau value diri. Seseorang yang memiliki kesadaran tinggi yang tinggi mampu mengenali keterkaitan antara perasaan, tindakan dan pikiran yang dilakukan.
Orang yang punya kesadaran diri yang tinggi akan mampu menilai secara akurat kekuatan dan keterbatasan diri. Alhasil, tingkat percaya dirinya, mindset, optimisnya sangat kuat. Karena hal tersebut, kesadaran diri perlu ditanamkan sejak kecil untuk membantu tumbuh kembang anak.
Kemampuan yang berkaitan dengan kesadaran diri, yaitu:
  • Mengidentifikasi emosi: seseorang harus mengidentifikasi emosi yang dimiliki karena mosi ini berkaitan erat dengan aktivitas yang dilakukan. Jika tak mampu mengidentifikasi diri dan mengontrolnya, seseorang akan kesulitan untuk beraktivitas dan bersosialisasi.
  • ­Self-perception yang akurat karena pada dasarnya kesadaran diri berkaitan dengan diri sendiri. Anak perlu mengenali bagaimana dirinya, apakah baik atau buruk. Dengan begitu, anak akan paham dan mengerti dirinya sendiri dan mengontrol dirinya termasuk tingkah lakunya.
  • Mengenali keunggulannya karena masing-masing anak memiliki keunggulan yang berbeda. Mengenali sisi plus dari anak bisa membantu perkembangan sosial emosinya. Jadi, anak bisa fokus pada keunggulan yang ada di dirinya dan bukan fokus kekurangan.
  • Memiliki kepercayaan diri yang akan sangat berpengaruh untuk kehidupan sosialnya. Misalnya berinteraksi dengan orang lain.
  • Memiliki keyakinan diri untuk mencapai tujuan dengan kemampuan yang dimiliki.
2. Manajemen diri (self-management)

Berlandaskan kesadaran diri, manajemen diri adalah kompetensi yang memberdayakan individu untuk mengatur emosi, pikiran, dan perilaku mereka secara efektif. Hal ini melibatkan pengembangan strategi untuk manajemen stres, pengendalian impuls, dan penetapan tujuan. Anak-anak dan orang dewasa yang mengelola perasaan mereka lebih siap untuk menangani situasi yang menantang. Mereka juga lebih mungkin untuk beradaptasi dan mengatasi tantangan tanpa menyerah. Manajemen diri menumbuhkan kesejahteraan emosional, mempertahankan pola pikir positif, dan mengambil inisiatif dalam pengaturan.
Kompetensi manajemen diri atau self-management berkaitan dengan kemampuan siswa dalam mengelola emosi, pikiran, dan perilaku di berbagai situasi. Kemampuan ini juga berhubungan dengan cara siswa menangani stres, mengontrol keinginannya, dan bertahan saat menghadapi tantangan.
Kompetensi manajemen diri ini berkaitan mengenai kemampuan untuk mengatur emosi, pikiran, perilaku di berbagai situasi. Kemampuan ini juga berkaitan dengan penanganan stress, mengontrol hasrat, bertahan menghadapi tantangan untuk mencapai tujuan.

Kemampuan yang berkaitan dengan manajemen diri, yaitu:
  • Menahan hasrat atau nafsu yang berkaitan dengan menunda perayaan atau kepuasaan diri sendiri. Kemampuan ini juga berkaitan dengan unjuk gigi di saat yang tepat atau berfikir terlebih dahulu sebelum bertindak. Dengan begitu, anak bisa tahu, kapan harus bertindak dan kapan harus menahan diri.
  • Manajemen stress untuk membantu anak bertahan di kondisi tertentu, misalnya saat belajar, sehingga tujuannya tercapai.
  • Mendisiplinkan diri dan dalam hal ini termasuk mengontrol perasaan dan hasrat diri. Self-discipline juga bisa dikatakan sebagai kemauan diri untuk menahan diri agar bisa fokus ke tujuan yang sudah dibuat.
  • Mengatur tujuan yang ingin dicapai. Dalam mengatur goal perlu mempertimbangkan SMART untuk menyesuaikan dengan kemampuan anak. SMART adalah singkatan dari specific, measurable, attainable, realistic, timely.
  • Memotivasi diri: anak butuh dorongan dari dalam dirinya sendiri agar bisa bertindak untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tanpa adanya motivasi diri, seseorang hanya bisa berjalan di tempat dan tidak akan mengalami proses yang berarti.
  • Kemampuan berorganisasi yang akan bermanfaat untuk mengatur informasi dan waktu. Dengan begitu, anak akan lebih terorganisir, produktif dan memaksimalkan waktu serta menyaring informasi yang relevan dengan tujuan.
3. Kesadaran sosial (social awareness)

Kesadaran sosial memperluas fokus di luar diri sendiri ke pemahaman dan empati terhadap orang lain. Ini melibatkan pengakuan dan penghargaan terhadap beragam perspektif, budaya, dan latar belakang. Anak-anak yang sadar sosial selaras dengan emosi dan kebutuhan orang-orang di sekitar mereka, meletakkan dasar untuk membangun hubungan yang positif dan inklusif. Kesadaran ini menumbuhkan rasa kebersamaan dan keterhubungan. Ini juga berkontribusi pada lingkungan yang lebih mendukung. Komponen utama kesadaran sosial adalah empati, pengambilan perspektif, menunjukkan perhatian terhadap orang lain, mengungkapkan rasa terima kasih, memahami norma sosial yang beragam, dan mempertimbangkan berbagai latar belakang budaya.
Kesadaran sosial atau social awareness adalah kemampuan yang berkaitan dengan empati. Siswa yang memiliki empati yang tinggi mampu memahami, menghormati, dan menempatkan diri pada posisi orang lain yang mungkin berasal dari latar belakang atau budaya yang berbeda darinya.
Kesadaran sosial berkaitan dengan kemampuan untuk bisa berempati dengan orang lain dan mengambil perspektif dari berbagai sudut pandang. Singkatnya, kemampuan ini berkaitan erat dengan norma dan etika berperilaku terutama di kelompok misalnya di masyarakat.
Kemampuan akan kesadaran sosial ini sangat membantu anak untuk bisa memahami dan menghormati orang lain. Kemampuan ini tentu akan sangat bermanfaat ketika anak dewasa dan menemui banyak orang dengan latar belakang yang berbeda.
Bagaimana jika seseorang tidak punya social awareness? Orang tersebut akan tumbuh dengan rasa benci, mudah menghakimi dan tidak bisa berpikiran terbuka. Orang tersebut fokus pada dirinya sendiri dan masa bodoh dengan apapun yang terjadi di sekitarnya.
Maka dari itu, sejak kecil anak perlu dibimbing dan dilatih mengenai kesadaran sosial. 

Kemampuan yang berkaitan dengan kesadaran sosial, yaitu:
  • Pengambilan atau melihat dari perspektif: kemampuan ini berkaitan erat dengan pemahaman dari sudut pandang yang berbeda di kondisi dan situasi tertentu. Anak perlu belajar untuk mencoba memahami situasi yang berbeda untuk memahami kondisi sekitarnya.
  • Empati berkaitan dengan memahami apa perasaan orang lain karena seakan menempatkan diri di posisi orang tersebut.
  • Mengapresiasi dan menghormati perbedaan yang dimiliki antar individu. Jadi, anak Anda tidak membeda-bedakan orang berdasarkan pada asalnya, bahasanya, kulit tubuhnya, kondisinya, jenis kelaminnya, kepercayaannya terutama saat berteman.
  • Menghormati orang lain dengan pikiran terbuka dan tidak sembarangan melakukan penghakiman atas kondisi tertentu. Dalam melatih anak, cobalah untuk memulai untuk mengajarkan pada anak untuk tidak saling membenci. Anda juga bisa menunjukkan dengan tindakan bagaimana cara menghormati dan berpikiran terbuka.
4. Kemampuan berelasi/berinteraksi sosial (relationship skills)

Membangun dan memelihara hubungan yang sehat merupakan inti dari keberhasilan setiap orang. SEL menekankan pengembangan keterampilan hubungan, termasuk komunikasi yang efektif, mendengarkan secara aktif, dan kolaborasi. Siswa dengan keterampilan hubungan yang solid dapat mengatasi konflik, bekerja sama dengan orang lain, dan berkontribusi positif terhadap dinamika kelompok.
Kompetensi ini berkaitan erat dengan kemampuan berkomunikasi dan mendengarkan siswa. Siswa yang pandai berkomunikasi dapat membangun dan memelihara hubungan yang sehat dengan orang-orang dari berbagai latar belakang. Mereka juga mampu mendengarkan dan mampu berkomunikasi dengan orang lain, menyelesaikan konflik secara damai, dan mengetahui kapan harus meminta atau menawarkan bantuan. Kompetensi ini akan sangat penting karena tanpa adanya komunikasi, seseorang tidak bisa bersosialisasi dengan baik.
Kemampuan berelasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk membangun dan memelihara suatu hubungan yang sehat antar individu dan kelompok.
Dengan kata lain, kemampuan berelasi ini berkaitan erat dengan kemampuan berkomunikasi seseorang.
Kemampuan berelasi ini akan sangat bermanfaat untuk anak ketika bekerja sama dalam tim, baik tim kecil ataupun tim besar. Kemampuan berelasi ini juga berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk bertahan dari tekanan, meminta atau menawarkan bantuan ke orang lain.

Kemampuan atau skill yang perlu dipahami dalam kompetensi relationship skill, yaitu:
  • Berkomunikasi dengan jelas: komunikasi yang Anda tangkap mungkin berkaitan dengan berbicara atau menyampaikan pendapat. Namun, komunikasi dalam hal ini juga berkaitan dengan memahami gesture atau bahasa tubuh, ekspresi sehingga bisa meminimalisir kesalahpahaman.
  • Mendengarkan dan meresponnya dengan baik. Untuk menjadi pendengar yang baik, tentu kemampuan kontak mata, fokus, memahami ekspresi muka dan memberikan jawaban diperlukan.
  • Bekerja sama dengan yang lain untuk meraih tujuan. Dalam kemampuan ini, sebagai individu, anak dituntut untuk beradaptasi dan bekerja sama dengan yang lainnya. Dengan begitu, anak akan lebih menghormati pendapat orang lain dan bekerja sama untuk keperluan tim.
  • Tahan dari tekanan sosial dan kemampuan ini sangat erat kaitannya dengan self management skill. Anak yang mampu bertahan dari tekanan sosial dapat bertahan untuk tidak terlibat dengan sesuatu yang berpotensi merusak diri.
  • Perundingan masalah secara konstruktif yang melibatkan pencapaian untuk saling memuaskan dan memenuhi kebutuhan dari semua pihak. Dengan kata lain, skill ini berkaitan erat dengan musyawarah mufakat untuk membuat dan menentukan solusi yang adil untuk semua pihak.
  • Menawarkan dan mencari bantuan jika diperlukan karena tidak semua orang mampu bertahan di kondisi yang berbeda-beda. Jadi, perlu pemahaman yang baik untuk mengenali situasi dan apa yang dibutuhkan/ditawarkan ke orang lain. Dengan begitu, aktivitas bisa berjalan dengan baik dan mencapai tujuan.
5. Pengambilan keputusan bertanggung jawab (responsible decision-making)

Kompetensi inti terakhir dari SEL adalah pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, yang melibatkan pengambilan pilihan yang tepat dan etis dengan mempertimbangkan kesejahteraan diri sendiri dan orang lain. Individu dengan keterampilan pengambilan keputusan yang baik mempertimbangkan konsekuensi tindakan mereka, menunjukkan penilaian yang baik, dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai mereka. Hal ini penting dalam mempersiapkan anak-anak untuk menghadapi kompleksitas dunia nyata, memberdayakan mereka untuk membuat pilihan yang berkontribusi pada keberhasilan mereka dan kesejahteraan komunitas mereka.
Kompetensi dalam pembelajaran sosial emosional lainnya adalah pengambilan keputusan bertanggung jawab(responsible decision-making). Kompetensi ini berkaitan dengan mengidentifikasi masalah, menganalisis informasi, mengambil keputusan, dan bertanggung jawab atas keputusan yang telah diambil.

Kemampuan ini berkaitan dengan pembuatan pilihan konstruktif yang benar dan cara bertindak sesuai etis, norma sosial dan keselamatan.
Namun pertanyaannya, bagaimana seseorang terutama anak tahu mana yang benar dan mana yang salah? Bagaimana pula memutuskan sesuatu dengan benar sesuai situasi dan kondisi?; Orang dewasa secara alami mampu menilai dan membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Sedangkan untuk anak, Anda masih perlu memberitahu mana yang benar dan mana yang salah.

Kemampuan yang berkaitan dengan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab atau responsible decision making, yaitu:
  • Mengidentifikasi masalah: apakah masalah yang dihadapi tersebut mudah atau susah. Dalam pembelajaran, anak akan dihadapkan dalam suatu masalah dan biarkan anak untuk bertindak sendiri. Lihat dan bimbing apakah anak mampu mengidentifikasi masalahnya atau justru sebaliknya dan butuh bantuan dari orang dewasa.
  • Menganalisa situasi yang berkaitan erat dengan mengidentifikasi masalah. Untuk menganalisa situasi, tentu anak Anda harus melihat dari sudut pandang yang berbeda. Dengan begitu, anak Anda bisa mengetahui masalahnya seperti apa dan cara mengatasinya.
  • Mengatasi masalah yang dihadapi. Dalam hal ini, anak harus tahu kemungkinan yang akan terjadi jika keputusan tersebut diambil. Misalnya apakah akan merugikan salah satu pihak atau cukup adil untuk semua pihak.
  • Mempertimbangkan tanggung jawab dari keputusan yang diambil. Dalam pembelajaran, anak perlu mempertimbangkan mengenai norma yang berlaku.
  • Evaluasi dan introspeksi diri sebagai bentuk perubahan atas keputusan yang diambil. Anak perlu tahu apakah keputusan tersebut tepat atau tidak dan kemudian mengevaluasi sehingga ada perbaikan di masa depan.